Tuesday, March 27, 2007

A...B...C...D...Cuapek Dech!

Sarah dan kakaknya, Syifa, udah dua minggu terakhir ini sering banget ujuk-ujuk ngomong ABCD cuapek dech! Terutama si Sarah.

Setiap disuruh belajar, mengeja, ujung-ujungnya selalu ABCD cuapek dech!

Kupikir gara-gara di sekolahnya lagi hot belajar mengeja, :-)) gak taunya ada iklan apa gitu lupa yang jargonnya kayak gitu.

Waks, ternyata duakurcacicilikku jadi korban iklan.

ABCD, Aduh Bunda Cuapek Dech!!!

Wednesday, March 21, 2007

Ooo... Try Again!

Sebelum masuk SDIT At-Taufiq, Depok, Syifa mengenyam masa TK-nya di TK ABC Kids. Adiknya, Sarah, sekarang juga sekolah di TK itu.

Ini bukan membanding-bandingkan, tapi saya benar-benar dibikin pusing sama Sarah. Sejak TK A, TK ABC Kids sudah mengajarkan murid-muridnya mengenal huruf, angka, berhitung, mengurangi, dan menggabungkan huruf. Untuk TK A masih dengan angka di bawah 10 untuk berhitung. Targetnya TK B, semua siswa sudah mahir baca, berhitung dan menulis.

Nah, buat Syifa yang otak kirinya cenderung dominan, masalah kayak gitu enteng-enteng aja. Dari usia 4 tahun, dia sudah terbiasa bikin soal matematika sendiri, jawab sendiri dan menilai sendiri. Dan kebetulan memang betul. Setiap pagi, sarapannya, 20 soal berhitung. Stamp dari sekolah selalu 'Very Good".

Tapi tidak begitu dengan adiknya, Sarah. Otak kanan Sarah yang nyeni, sangat... sangat... dominan. Bukan berarti dia tidak bisa berhitung or mengenal huruf. Dia bisa, tapi selalu nggak konsern. Setiap belajar orientasinya selalu melukis, menggambar atau mewarnai.

Jadi di white board, kalau belajar sama Sarah, saya selalu sisakan sedikit space di bagian bawah buat dia menggambar sesuka hatinya. Susahhhhhh banget ngajarin dia konsentrasi ngeliat huruf, kalau angka dia masih ok. Tambah-tambahan sudah bisa.

Setiap mau sekolah, saya juga selalu mengulang membacakan gabungan huruf-huruf untuk Sarah. Tapi huks huks huks, dia selalu lupa.... Walhasil setiap hari sekarang stamp Sarah di sekolah bergambar kepala orang lagi melongo dengan tulisan "Try Again" di sekelilingnya.

Kalo dihitung-hitung banyakan O.... try againnya dibanding very good. "Sarah gimana sih de!"

"Bounda! Sarah kan udah belajar Bounnnnnnnnnn!"

Gubraks!!! Dia lebih galak dari Emaknya.

Wednesday, March 14, 2007

Dari Lingkungan Hidupnya... Anak-anak Belajar


Jika anak banyak dicela,
ia akan terbiasa menyalahkan

Jika anak banyak dimusuhi,
ia akan terbiasa menentang

Jika anak dihantui ketakutan,
ia akan terbiasa merasa cemas

Jika anak banyak dikasihani,
ia akan terbiasa meratapi nasibnya

Jika anak dikelilingi olok-olok,
ia akan terbiasa menjadi pemalu

Jika anak dikitari rasa iri,
ia akan terbiasa merasa bersalah

Jika anak serba dimengerti,
ia akan terbiasa menjadi penyabar

Jika anak banyak diberi dorongan,
ia akan terbiasa percaya diri

Jika anak banyak dipuji,
ia akan terbiasa menghargai

Jika anak diterima oleh lingkungannya,
ia akan terbiasa menyayangi

Jika anak tidak banyak dipersalahkan,
ia akan terbiasa senang menjadi dirinya sendiri

Jika anak mendapatkan pengakuan dari kiri-kanan,
ia akan terbiasa menetapkan arah langkahnya

Jika anak diperlakukan dengan jujur,
ia akan terbiasa melihat kebenaran

Jika anak ditimang tanpa berat sebelah,
ia akan terbiasa melihat keadilan

Jika anak mengenyam rasa aman,
ia akan terbiasa mengandalkan diri dan mempercayai orang sekitarnya

Jika anak dikerumuni keramahan,
ia akan terbiasa berpendirian "Sungguh indah dunia ini!"

... Bagaimana dengan anak Anda?



Dorothy Low Nolte
-- Children Learn What They Live With --

Kata Kahlil Gibran dalam Sang Nabi



Anakmu bukanlah anakmu .... Meski pun mereka bersamamu, mereka bukan milikmu. Berikan kasih sayangmu, tapi jangan paksakan pikiranmu, sebab mereka berbekal alam pikiran sendiri. Berikan rumah untuk raganya tapi tidak untuk jiwanya, sebab jiwa mereka adalah penghuni masa depan yang tiada dapat kau gapai sekali pun dalam impian.


Thursday, March 08, 2007

Giliran Garuda yang Celaka


Di dunia penerbangan Indonesia, nama Garuda Indonesia Airways tidak ada tandingannya. Meski nggak sempurna-sempurna banget, soal standar keselamatan (dibandingkan penerbangan lokal lainnya) Garuda boleh diacungi jempol.

Setelah lama nggak jadi bahan pemberitaan, Garuda Rabu 7 Maret 2007 jadi headline di mana-mana.

"May, Garuda kebakaran tuh di Yogya," kata si Ayah ditelepon sekitar jam 07.45 WIB.

"Hah! Masak," klik, sambungan telepon langsung kuputus.

Garuda? Saya langsung menyalakan TV, kupilih MetroTV. Masih breaking news. Benar Garuda terbakar, saya masih tercengang tidak percaya. Garuda...., Garuda.... yang dijamin aman itu.... Garuda. Nggak kebayang bencana susulan AdamAir dan Levina I justru menimpa Garuda.

Saya buru-buru berangkat sambil menarik tangan Sarah yang lagi asik merasakan gerimis di luar.

"Cepet Sa, Bunda harus buru-buru sampai kantor," kata saya sambil menarik tangannya.

"Emang kenapa Bun," kata Sarah.

"Ada pesawat kebakar Sa, Bunda harus cepet sampe kantor." Sarah nggak protes lagi, dia pasrah aja tangannya ditarik-tarik supaya jalan cepat. Kalo nggak gitu wah susah,....Sarah. Bisa mampir kemana-mana dia, tembok diajak ngomong, daun diajak ngobrol. Sekali ngobrol bisa 5 menit. Sambil ngikutin langkah saya, dia masih bisa say good bye sama tembok dan daun. "Daaaaaaag tembok,....daaaaag daun, tee (baca see) you letter!"

Dengan tergopoh-gopoh akhirnya saya sampai di kantor jam 10 teng. Sempet bete juga sama sopir taksi yang tulalit. Gara-gara ke Buncit tapi diputar lewat Kemang yang asli macet ... cet, mulai dari lampumerah di TB Simatupang sampe pertigaan yang mengarah ke Pejaten.

Di layar komputer berita Garuda sudah berderet. Garuda gagal landing, terbakar habis dan hanya menyisakan sayap belakang.

22 Orang tewas, kabar sebelumnya 49 orang. Kalau dihitung-hitung dari total penumpang yang tercatat 133 orang dan kru pesawat 7 orang, dan korban selamat 93 orang, sebetulnya angka 49 orang tewas lebih pas.

Jadi kemana yang 27 orang lagi? Entahlah, mungkin mereka sudah tidak gosong lagi di dalam pesawat yang menjebaknya, tapi sudah menjadi serpihan abu yang terbawa angin.

Innalillahi wainailaihi rojiun..... semoga keluarga yang ditinggalkan tabah. Amin

Tuesday, March 06, 2007

Ketemu Selebriti Blog


"Eh Mas Harris ya!" cetus saya seakan nggak percaya, tentu dengan mata melotot, pada Minggu 4 Februari di Istora Senayan, Jakarta.

"Iya, kok tahu!" Yang disapa nggak kalah tercengang. Siapa nih emak-emak, begitu kali pikirnya.

"He he he he, iya. Saya kan suka baca blog Mas Harris," kata saya masih nggak tau malu.

"Hah, masa sih. Duh, jadi malu," kata Mas Harris terkekeh-kekeh.

Dengan cuek saya lalu memperkenalkan diri. "Umi!" kata saya agak kencang sambil menjabat tangannya.

"Nah ini pasti Syifa," kata saya menyapa putri cilik Mas Harris yang kelihatan bete di gendongan ayahnya. Syifa menolak disalami.

Sejurus kemudian datang seorang wanita berjilbab putih yang sedang menggandeng tangan bocah laki-laki berpipi gembil.

Masih dengan pedenya, saya teriak. "Nah ini pasti Neng Endah (harusnya Indah, saya agak-agak lupa gitu. Pokoknya SKSD-lah). Ini pasti Zidan," tebak saya (padahal dah tau).

Kita bertiga kemudian salam-salaman saling memperkenalkan diri. Sambil tersenyum, mata Neng Indah dan Zidan seolah-olah bertanya, siapa sih ibu ini. Ah, saya merasa nggak perlu ngejelasin.

"Mampir sini Mas," kata saya lagi. Saat itu kebetulan saya sedang jaga stan buku-buku Mizan Dian Semesta di Islamic Book Fair.

"Ooo, di sini," kata Mas Harris.

"Iya, kebetulan lagi jaga," kata saya.

"Eh, Mas, kemarin Sabtu kita baca blog Mas Harris lagi loh," sambung saya masih nggak tau malu.

"Hahahahahaha. Jadi malu!" seloroh Mas Harris. Mukanya emang malu banget kayaknya. Hehehehe maklum aja, tulisan terakhir di blognya tentang jatuh cinta yang dialaminya ke Neng Indah, eks adik iparnya. Loh kok bisa?

Bisa dong! Tenang dulu, jangan punya pikiran macem-macem. Buat yang belum tahu. Mas Harris itu 1 September 2006 lalu ditinggal pergi istri tercinta untuk selama-lamanya, Bunda Inong.

Di dunia per-blog-kan nama almarhumah Bunda Inong sudah tidak asing lagi. Di Indonesia namanya berkibar sebagai pendiri milis dapurbunda.

Tulisan dalam blognya enak dibaca. Cerita tentang anak-anaknya ditulisnya dengan pola bertutur. Hidup, dan kalau membacanya kita seperti sudah mengenal lama keluarga kecil dan bahagia itu.

Tapi akhir Agustus 2006 lalu, dunia blog tersentak, Inong koma, sehari kemudian dia menghadap Allah SWT.

Sepeninggal Bunda Inong itu, saya tetap sering membaca blog lamanya. Juga tulisan suaminya, Mas Harris, yang kemudian bikin blog baru lagi sebagai lanjutan kisah Zidan dan Syifa.

Dari blognya Mas Harris, saya tahu Zidan yang sebelumnya sekolah di Singapura pindah ke Jakarta. Zidan dan Syifa diurusi neneknya yang akrab dipanggil Umi dan tantenya, Neng Indah itu.

Biar nggak pernah tatap muka dan hanya melihat mereka di dunia maya, saya merasa akrab banget sama keluarga ini. Sempat ingin ke rumah mereka saat almarhumah Bunda Inong dimakamkan.

Nggak seperti Inong yang sangat produktif, Mas Harris sesekali saja ngisi blognya. Bisa dihitung jari berapa tulisan yang dipublishnya selama 4 bulan ini.

Terakhir setelah nyaris dua bulan nggak up date, Mas Harris ngepublish tulisan lagi. Ya itu, tulisan tentang jatuh cintanya itu, hehehehe.

Makanya waktu sekilas ngeliat Mas Harris di pameran buku, saya ngerasa kayaknya pernah lihat orang ini. Tadinya nggak yakin. Begitu lihat wajah Syifa, saya baru yakin, itu memang benar Mas Harris dan anak-anaknya yang jelas-jelas sudah jadi selebriti blog.

:-)), akhirnya ketemu juga sama selebriti blog. Mudah-mudahan bisa ketemu lagi ya Mas, Neng, Zidan, Syifa.

Friday, February 23, 2007

Sarah dan Kipas Angin


Sarah paling nggak bisa tidur tanpa kipas angin. Mau musim panas kek, mau musim hujan kek, gak pengaruh. Tidur wajib di depan kipas angin.

Sebagai ibu, sebetulnya saya tahu efek buruk kipas angin, apalagi setiap malam, kipas angin harus manteng di depannya, belok sedikit aja, dia bangun dan ngebetulin lagi.

Saya khawatir Sarah masuk angin dan sebagainya. Setiap malam dengan ayahnya, saya gantian membaluri badannya dengan minyak kayu putih. Pelan-pelan banget nyentuhnya. Soalnya dia bakal protes keras kalau tahu dikasih minyak kayu putih.

Selama 'berdampingan' dengan kipas anginnya itu, kulit Sarah memang seperti kebal. Jarang sakit. Hanya doyan kentut aja di setiap tempat dan setiap saat. Biasanya kalau habis kentut, dia bakal senyum-senyum sendiri, terus bikin pengumuman, "Sarah kentut, bunyinya dhuutttttt!"

Kalau bunyi kentutnya kenceng, dia nggak senyum-senyum lagi, tapi ketawa terpingkal-pingkal. Saya suka kesel, takut dia kebiasaan sampai besar. Tapi ayahnya selalu bilang, "Bun buah itu jatuh nggak jauh dari pohonnya." Waksssss, bukan Bunda kan Yah yang dimaksud. :-)

Nah, dua hari ini kipas angin di rumah rusak. Rabu malam, saya tiba-tiab terbangun denger suara gak jelas gitu. Sewaktu dicek ternyata suara kipas angin yang nggak muter. Auch! begitu dipegang mesinnya ternyata panas banget. Langsung stop kontak dimatiin, dan besoknya bikin pengumuman "Jangan nyalain kipas angin!"

Sarah yang sudah tidak terpisahkan dengan kipas anginnya jelas kelimpungan. Dua malam ini dia tidur gelisah, balik sana, balik sini. Saya disuruh ngipasin pakai kipas bambu dan nggak boleh tidur sampai dia dan kakaknya, Syifa, pulas. Kayak kerja lembur deh, setiap dia bangun, kita juga harus siap ngipas lagi pake kipas sate.

Nah jam 5 pagi tadi, Sarah sebetulnya sudah kasih kode minta dikipasin. Saya kipasin, tapi karena ngantuk tidur lagi deh. Kipasnya terlepas. Dia kayaknya kesel, kaki saya dipukul-pukul pakai tumitnya. Tapi saya tetep batu, susah banget buka mata.

Dia kayaknya gelisah banget, terus bangun, nutup pintu kamar. Saya siler-siler gitu ngedengernya. Pas baru mau pules lagi, tiba-tiba kok badan rasanya dingin banget. Saya pikir angin dari jendela. Tapi kok anginnya makin kencang. Begitu saya bangun, mau cari tahu penyebabnya, ternyata si Sarah lagi berdiri di samping tempat tidur sambil ngipasin saya dengan dua tangannya.

Ya ampunnnn Sarah, Bunda sampe malu. Akhirnya dia tiduran lagi disebelah saya sambil saya kipasin.

Ternyata oh ternyata .... gelisahnya Sarah bukan karena kipas angin rusak, tapi kayaknya dia nggak enak badan. Habis minum susu dia muntah, habis makan dia muntah juga. Sarah ternyata masuk angin.

Jadi kesimpulannya, Sarah akan masuk angin kalau tidur tanpa kipas angin. @#$%*&^$%$#@*&^%)((&^%#@?????????

Thursday, February 22, 2007

Misteri AdamAir? KM Senopati? KA Bengawan? Levina I?......

Dalam analisa saya yang serba terbatas, kecelakaan AdamAir di tahun 2007 ini tidak pernah tunggal, selalu diikuti kecelakaan transportasi lainnya. Entah AdamAir yang mengiringi atau Adamair yang diiringi.

Hilangnya AdamAir di perairan Majene, Sulawesi Barat, awal Januari 2007 lalu, misalnya. Saat itu, sehari sebelumnya KM Senopati tenggelam di perairan Mandalika, sekitar Kediri.

Persamaan kedua kecelakaan yang menewaskan ratusan penumpang itu, hingga detik ini, bangkai pesawat maupun kapal belum ditemukan.

Meski diketahui nyemplung di perairan Majene, bangkai AdamAir dan seluruh penumpangnya, belum berhasil ditemukan. Hanya ancer-ancer kotak hitamnya saja yang sudah diketahui titik ordinatnya.

Pun bangkai KM Senopati. Meski tenggelam di perairan dangkal, bangkainya hingga kini tidak tentu rimbanya.

Nah, dalam kecelakaan di penghujung Februari 2007 ini, diawali dengan hard landing yang dialami AdamAir di Bandara Juanda.

Bodi AdamAir langsung melengkung, sayapnya patah. Tidak ada korban jiwa.

Belum usai heboh berita tentang AdamAir, kami di kantor dikejutkan lagi dengan berita terbakarnya KM Levina I di Teluk Jakarta, di perairan yang jaraknya 80 km dari Pelabuhan Tanjung Priok.

Kapal terbakar pukul 04.00 WIB. Belasan orang tewas. Ratusan penumpang berhasil diselamatkan.

Persamaan kedua kecelakaan ini, bodi kapal masih utuh. AdamAir berhasil diseret ke hangar dan KM Levina I ada rencana ditarik ke pelabuhan.

Dalam daftar kecelakaan di awal Januari, selain AdamAir dan Senopati, dua kali KA Bengawan anjlok di tempat berbeda.

Apakah kecelakaan kali ini akan diikuti kecelakaan kereta lagi. Waullahualam.

AdamAir Celaka Lagi

Pesawat milik maskapai penerbangan AdamAir kembali celaka. Pesawat KI 127 Boeing 737-300 mengalami hard landing di Bandara Juanda, Rabu 21 Februari 2007.

Peristiwa itu terjadi sekitar 50 hari sejak salah satu pesawat AdamAir yang mengangkut 102 penumpang hilang di perairan Majene. Umur pesawat-pesawat AdamAir memang sudah tua, sudah uzur. Yang mengalami hard landing kemarin tercatat berumur 27 tahun.

Kalau orang, umur segitu jelas lagi produktif-produktifnya. Tapi buat pesawat, ibarat nenek-nenek yang sudah mengalami osteoporosis (pengeroposan tulang) akut. Buktinya, begitu hard landing, pesawat langsung mengkerut kayak kulit nenek-nenek, retak-retak dan melengkung di bodi dekat sayapnya. Jangan-jangan burung besi itu sudah karatan di sana-sini. Seperti nenek-nenek, nggak cuma pengeroposan tulang, mungkin juga sudah encok di mana-mana.

Tapi manajemen AdamAir memang paling ahli mengelak. Sudah jelas-jelas pesawat melengkung, mereka tetap bergeming. Padahal, nasib 148 penumpangnya benar-benar jadi taruhan.

Cerita-cerita serem soal AdamAir terus dibahas di milis-milis. Bahkan salah satu tulisan di kolom kita (koki) KCM memuat curhat seseorang soal AdamAir yang pintunya dipegangi 2 pramugaranya saat dia terbang dengan pesawat itu. 2 jam pintu pesawat dipegangi. Setelah ditanya, diakui pintu pesawat tidak bisa ditutup rapat. Hah! Padahal pesawat mengudara di ketinggian minimal 32 ribu kaki. Dan, membawa lebih dari 100 penumpang.

Belum lagi celotehan AdamAir yang mirip metromini. Pesawat ini juga terkenal dengan delaynya. Jangan tanya berapa lama, minimal 1 jam kalu delay.

Saya dua kali terbang dengan AdamAir. Waktu itu sekitar Agustus, saya sekantor ke Bali dengan pesawat AdamAir hasil kerjasama marketing AdamAir dan marketing kantor saya. Bolak-balik dengan AdamAir. Selama perjalanan nyaris 2 jam, kita hanya dapat 1 gelas air mineral, roti dan sepotong kue. Karena pengalaman pertama, sempat kaget juga. Soalnya kalau naik Garuda, penerbangan selama itu penumpang dijamin dapat makanan berat yang mengenyangkan.

Untung waktu itu kita semua selamat sampai Bali dan Jakarta, walau pulangnya kena delay 2 jam. Nggak lama kemudian, saya dapet tugas liputan ke Lumajang. Dari Jakarta, bersama rombongan Depkes, saya naik AdamAir. Untung saya sempat makan dulu di bandara, kalau nggak bisa pingsan, sudah delay lama, ternyata di pesawat hanya dapat 1 gelas air mineral.

AdamAir... AdamAir....